efek

Minggu, 07 Februari 2021

cerpen motivasi "Secangkir Kopi"

 Suatu malam di bulan Januari, seorang lelaki berbadan tegap dengan wajah yang tegas sedang menikmati secangkir kopi di salah satu café metropolitan. Ia menyeruput kopinya sembari menatap jendela café yang transparan, di tatapnya jalanan kota yang tengah turun hujan rintik-rintik. Dinginnya malam bercampur dengan nyanyian tetes air hujan beradu menjadi melodi lagu hingga ia melihat sebuah pemandangan yang menurutnya menarik. Itulah sang gadis pengemis kecil, gadis itu berjalan melintasi trotoar café sambil membawa gelas plastik kecil di tangannya. Wajahnya kusam dengan hitam rambutnya dipadukan dengan baju kumal kuning pucat dan ia berjalan tanpa alas kaki.

Kemudian sang lelaki berbadan tegap itu mengetuk jendela café tatkala sang gadis itu lewat di depan pandangannya. Dia memberi kode lambaian jari kepada gadis itu dengan menggunakan tangannya untuk mengajak masuk ke dalam café yang hangat. Sang gadis merespon dengan anggukan kecil, kemudian ia berjalan menuju pintu café untuk menemui sang lelaki tersebut. Dipandangnya gadis itu oleh sang lelaki dari ujung rambut hingga ujung kakinya yang nampak kotor dan tak beralas.

Sesaat kemudian sang lelaki menawarkannya duduk dan memanggil pelayan café untuk memesan makanan. Saat lelaki itu bertanya kepada gadis kecil ingin makan apa, ia menjawab dengan malu-malu kalau ia ingin sepotong roti dan air putih. Kemudian sang pelayan café pun menulis pesanannya dan kembali ke pekerjaannya menyisakan sang lelaki dan sang gadis kecil. Sang gadis kecil tiba-tiba membuka bibirnya dan terucap kata terima kasih. Sang lelaki hanya diam sembari mengangguk kecil tanda ia menerima ucapan terima kasihnya. Sekitar lima menit berlalu pesanan gadis kecil telah diantar oleh pelayan café dan sang gadis kecil pun langsung melahap makanannya. Sang lelaki tegap berwajah tegas itu tersenyum memandang gadis kecil yang lusuh di depannya sembari makan dengan lahap, nampak sekali jika ia sedang lapar.

Saat makanan sang gadis kecil habis sang lelaki mengajaknya untuk mengobrol dengannya. Ia bertannya “apakah kamu tahu nak tentang pahit yang dapat dinikmati?”. Kemudian sang gadis kecil menjawab “tidak tahu om, mungkin permen pahit” jawabnya dengan sangat polos. Sang lelaki tertawa kecil melihat kepolosan jawaban dari anak kecil, kemudian ia berkata “kamu tahu nak kopi ini rasanya pahit , tetapi tetap saya minum sedikit demi sedikit”. Kemudian sang gadis kecil pun bertanya kepada sang lelaki “kenapa diminum kalo itu pahit?”. Terjadi jeda yang cukup lama diantara mereka kemudian sang lelaki kembali berucap,“layaknya saat kamu berjalan di tengah rintik hujan dan dinginnya malam, hal itu terasa pahit atau tidak enak untuk dilakukan namun kamu tetap menjalaninya. kenapa?”. Sang gadis kecil tersebut menjawab, “untuk mengemis om dan uangnya untuk membeli obat ibu”. Sang lelaki kemudian melanjutkan perkataannya “ kepahitan hidup memang layaknya menikmati secangkir kopi, kita menikmatinya dengan perlahan kemudian lagi, dan lagi hingga kopinya habis. Seperti yang kamu alami nak pahit ini tidak akan selamanya kamu jalani suatu saat nanti akan hadir kemanisan”. Kemudian sang gadis kecil pun menganngguk kecil dan tersenyum tanda ia mengerti.

Setelah itu sang gadis kecil ingin berpamitan untuk pulang ke rumahnya karena ia harus merawat ibunya yang sakit. Sebelum sang gadis kecil melangkah pulang tiba-tiba sang lelaki mengeluarkan dompet dan memasukan beberapa lembar uang seratus ribuan ke dalam gelas plastik milik sang gadis kecil. Kemudian sang gadis mengucapkan terima kasih dan mengecup punggung tangan sang lelaki tanda ia menghormatinya. Kemudian sang gadis kecil berlari keluar menerobos rintik hujan dan dinginnya malam dengan wajah berseri-seri.